Selamat Datang Di Blog Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Blog ini merupakan kumpulan/arsip tugas kuliah dan juga r eferensi perkuliahan Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Minggu, 27 Desember 2009

JENIS, SIFAT dan KLASIFIKASI BATUAN

Batuan-batuan di bumi (Jenis dan terbentuknya)

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain.

Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.

1. Batu Beku (igneous Rocks)

Batu beku adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.

Terbentuknya batu beku dengan tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik)

Gambar Batu Beku dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Rabu, 04 November 2009

Teknologi Desalinasi Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Penulis membuat makalah ini dikarenakan merupakan tugas yang diberikan pada Mata Kuliah Peng. Kualitas Lingkungan (UAT). Dalam makalah ini menjelaskan tentang Teknologi Desalinisasi Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih. Dengan mengetahui sistem dan metode penggunaan teknologi tersebut, maka kita dapat memanfaatkan air laut sebagai bahan baku pengolahan air bersih.

Dalam membuat makalah ini penulis banyak mengambil fakta-fakta yang terdapat dalam internet. Metode penulisan dan analisis yaitu menggunakan metode kualitatif, hal ini dikarenakan keterbatasan penulis dalam melakukan penulisan makalah ini, hal tersebut juga dihambat dengan keadaan penulis yang mengalami keterbatasan sumber, jaringan, kemampuan dan pengalaman.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Peng. Kualitas Lingkungan (UAT) yang diberikan oleh dosen pengajar sebagai bahan presentasi guna mendapatkan nilai berdasarkan makalah yang telah penulis buat, sebagai sarana pelatihan dan pembelajaran guna membimbing penulis agar memahami, mengetahui akan Peng. Kualitas Lingkungan (UAT).

BAB II

DASAR TEORI

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki luas wilayah 5.193.252 km2. Dua per-tiga luas wilayahnya merupakan lautan, yaitu sekitar 3.288.683 km2. Sehingga Indonesia juga memiliki julukan sebagai benua maritim atau juga negara kepulauan. Ironisnya, ditengah kepungan air laut itu ternyata masih ada beberapa tempat yang mengalami kekurangan air, terutama mengenai ketersedian air bersih. Akibatnya, ditempat seperti itu air menjadi barang eksklusif. Masyarakatnya harus membeli untuk mendapatkan air bersih.

Desalination atau desalinization adalah proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi manusia dan makhluk hidup lainnya. Seringkali proses ini juga menghasilkan garam dapur sebagai hasil sampingan.

Dua metode yang paling banyak digunakan adalah Reverse Osmosis (47,2%) dan Multi Stage Flash (36,5%).

Air asin lebih sering berarti air dari laut dan samudra. Air ini juga disebut air laut. Air asin ialah lawan air tawar.

Air asin mengandung garam. Kita tidak bisa meminum air asin karena garam dalam air membuat kita dehidrasi. Badan kita akan kehilangan lebih banyak air yang diminum, dan nanti bisa sakit. Namun, banyak jenis ikan, hewan, dan tanaman yang berbeda tinggal di air asin.

Desalinasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan proses destilasi dan Reverse Osmosis. Secara prinsip proses destilasi merupakan perubahan fase cair menjadi fase uap. Dimana pada tahap akhir, air laut akan mengalami kondensasi menjadi air murni. Sementara, pada proses RO air yang selama ini dimanfaatkan, dalam prosesnya tidak ada perubahan fase. Pada proses RO yang terjadi hanya fase cair saja. Dimana untuk memisahkan air tawar dengan air laut didapat dari adanya perbedaan tekanan yang menggunakan membran semi permeablenya saja.

. Ada beberapa peralatan yang mendukung proses destilasi ini, antara lain adalah heater, kondensor, ejektor air, pompa ejektor, pompa kondensat, indikator salinitas, dan peralatan kontrol.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Proses Kerja Teknologi Desalisasi

Proses kerja desalisasi ini yaitu sebagai berikut:

1. Air laut dihisap oleh pompa ejektor yang terdapat dipantai.

2. Air laut tersebut dimasukan kedalam alat penukar gas (heat exchanger).

Pada tahap ini, air laut dipanasi oleh air panas dari panas buang diesel atau boiler limbah biomassa pada suhu 80 derajat C.

3. Air tersebut divakumkan pada tekanan udara kurang dari 1 atm.

Pada kondisi hampa udara (vakum) yang tinggi dan suhu rendah itulah, sebagian dari air laut menguap. Dimana, uap bertekanan rendah dari tempat lain mendapat pendinginan dari air laut yang dimasukkan dari cerobong terpisah. Pada saat itulah, uap berkondensasi menjadi air tawar.

4. Air laut yang sudah hangat akan mengalir dari saluran keluar pendingin.

5. Selanjutnya akan masuk ke dalam heat exchanger sebagai air umpan.

6. Uap tekanan rendah yang timbul di dalam heat exchanger mengalir masuk ke dalam evaporator, begitu pula dengan air sisa buangan yang kental.

7. Selanjutnya, uap air itu didinginkan oleh air laut dan berkondensasi menjadi air tawar.

8. Hasil air tawar di kondensor itu kemudian dipompa keluar oleh condensate pump.

9. Kemudian, air tersebut dialirkan ke tangki persedian air tawar. Sementara sisa air buangan dikeluarkan secara teratur oleh water ejector

3.2. Kualitas Air Tawar Yang Dihasilkan dari Proses Desalinasi

Kualitas air tawar yang dihasilkan dari proses desalinasi ini kualitasnya sudah terjamin. Setelah proses destilasi usai, air tawar yang dihasilkan telah siap untuk diminum. Ini disebabkan karena air tawar ini sudah memenuhi standar air bersih yang ditetapkan oleh Lembaga Kesehatan Dunia (WHO).

Berdasarkan hasil penelitian, air destilasi ini memiliki pH 8,5 pada suhu 25 derajat. Selain itu, Kemampuan daya hantar listriknya sebesar 4,1 mg/l. Kandungan ion klorida, ion besi masing-masing sebanyak kurang dari 2 mg/l Cl dan kurang dari 0,05 mg/l Fe. Sementara itu kualitas air yang ditetapkan WHO, pH yang baik berkisar antara 5,8-8,6. Kemampuan daya hantar listriknya sebesar kurang dari 700 mg/l. Dan kandungan ion besinya adalah kurang dari 0,3 mg/l Fe. Selama ini pemanfaatan teknologi desalinasi ini banyak digunakan pada kapal-kapal tanker. Keberadaan desalinasi disana, untuk menyuplai air bersih bagi awak kapalnya.

Sedangkan mengenai kadar garam dari air destilat (air yang dihasilkan dari proses destilasi ini) secara terus menerus dipantau oleh salinity indicator. Sebuah solenoid valve dipasang pada saluran keluar pompa air destilasi. Untuk menentukan kadar garam air destilatnya kita bisa diatur, umumnya kadar garam yang dimiliki oleh air destilat ini maksimal sebesar 10 ppm. Artinya, kualitas air yang dihasilkan dari proses ini sangat bagus. Air tawar yang dihasilkan dari mesin diesel bertenaga 2×250 Kw dan 2×500 Kw mampu menghasilkan 5.000 liter air dalam 24 jam.

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari Teknologi Desalinasi Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih yaitu:

- Indonesia merupakan kepulauan maritim yang mempunyai luasan lautan yang lebih luas dibandingkan dengan daratan.

- Teknologi Desalinasi dapat menjawab permasalahan kekurangan air bersih di Indonesia.

- Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia sangat diperlukan dalam pengoperasian peralatan Desalinasi tersebut.

Jumat, 16 Oktober 2009

SIKLUS DAUR ULANG HIDROLOGI

Nama : Eka Dharma Putra Fao

NPM : 0814020008

Fakultas : Teknik

Jurusan : Lingkungan

Universitas : Serambi Mekkah

Mata Kuliah : Hidrologi dan Geohidrologi

Dosen : Tuah Azkiyah, ST

Tugas : I (Siklus Daur Ulang Hidrologi)

Siklus Daur Ulang Hidrologi

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Jumlah air di permukaan bumi relatif tetap, hal ini dikarenakan air senantiasa bergerak dalam suatu lingkungan peredaran yang dinamakan siklus (daur).

Siklus Hidrologi terdiri dari 3 siklus yaitu:

1. Siklus Pendek (kecil)

2. Siklus Sedang

3. Siklus Panjang (Besar)

1. Siklus Pendek (kecil)

Siklus pendek adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut :

1. Penguapan air laut karena pemanasan matahari di permukaan laut

2. Air laut mengalami perubahan bentuk menjadi gas (H2O dalam bentuk gas)

3. Terjadi kondensasi karena pendinginan

4. Pembentukan awan

5. Turun hujan

6. Hujan jatuh di permukaan air laut.

2. Siklus Sedang

Siklus sedang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut :

1. Penguapan air laut karena pemanasan matahari di permukaan laut

2. Kondensasi

3. Angin menggerakkan uap air menuju daratan

4. Pembentukan awan

5. Turun hujan di daerah daratan

6. Air hujan akan mengalir kembali ke laut melalui sungai

3. Siklus Panjang (Besar)

Siklus panjang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut :

1. Penguapan

2. Sublimasi

3. Terbentuk awan yang mengandung kristal es

4. Angin menggerakan kristal es ke daratan

5. Turun hujan es ( hujan salju)

6. Pembentukan gletser

7. Gletser yang mencair membentuk aliran sungai

8. Air sungai mengalir menuju daratan.

Istilah-istilah dalam Daur Ulang Hidrologi

- Kondensasi yaitu : perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan.

- Sublimasi yaitu : perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu.

- Gletser yaitu : sebuah bongkahan es yang besar yang terbentuk di atas permukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun waktu yang lama.

- Muka Air Tanah yaitu : air yang berada didalam tanah.

- Aliran Permukaan yaitu : aliran air pada permukaan tanah.

- Perkolasi yaitu : aliran air di dalam tanah dari lapisan tanah yanag lebih tinggi ke lapisan tanah yang lebih endah.

- Aliran Dalam Tanah yaitu :

- Infiltrasi yaitu : pergerakan air masuk kedalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.

- Evaporasi yaitu : penguapan pada permukaan air terbuka (open water) dan permukaan.

Senin, 03 Agustus 2009

Laboratorium Lingkungan

Laporan Praktikum Laboratrium Lingkugan

Pengukuran Kualitas

Air dan Udara Sekitar PLTD Lueng Bata Banda Aceh

Di susun Oleh:

Kelompok I

EKA DHARMA PUTRA FAO : 0814020008

IRWANDI : 0614020002

MUNIR : 0614020006

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN LINGKUNGAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2008/2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan Laporan dengan judul Pengukuran Kualitas Air dan Udara Sekitar PLTD Lueng Bata Banda Aceh. Laporan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan untuk mata kuliah Laboratorium Lingkungan pada Program Sarjana -1 Fakultas Teknik Jurusan Lingkungan Universitas Serambi Mekkah (USM) Banda Aceh.

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari banyak pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir.Suhendrayatna, M.Eng selaku Dosen pembimbing dan juga teman-teman yang telah banyak memberikan masukan- masukan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, 19 Juli 2009

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3

2.1 Deskripsi Lokasi.............................................................................................. 3

2.2 Kualitas Udara.................................................................................................. 4

2.3 Kualitas Air....................................................................................................... 5

2.4 Debit Sesaat dan Sendimentasi....................................................................... 7

2.5 Transportasi...................................................................................................... 7

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 9

3.1 Deskripsi Lokasi.............................................................................................. 9

3.2 Kualitas Udara.................................................................................................. 9

3.3 Kualitas Air..................................................................................................... 10

3.4 Debit Sesaat dan Sedimen............................................................................. 10

3.5 Transportasi.................................................................................................... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 12

4.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel........................................................ 12

4.2 Pengukuran Kualitas Air................................................................................ 12

4.3 Pengukuran Debit Air Limbah....................................................................... 14

4.4 Pengukuran Debit Sesaat Air Drainase ....................................................... 15

4.5 Pengukuran Kebisingan................................................................................. 16

4.6 Pengukuran Suhu Bola Basah dan Humidifikasi.......................................... 17

4.7 Perhitungan Kualitas Udara........................................................................... 17

4.8 Pengukuran Transportasi............................................................................... 18

BAB V PENUTUP................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 21

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ 22

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air adalah kebutuhan pokok umat manusia, tanpa air manusia tidak ega hidup, air ega membawa kesehatan yang lebih baik, tapi juga ega mendatangkan penyakit tergantung dari kandungan air itu sendiri. 70% air terkandung dalam tubuh manusia.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat enampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas anusia.Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dan ain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini idak dianggap sebagai pencemaran.

Udara adalah kumpulan/campuran gas, yang terbanyak adalah nitrogen dan oksigen. Oksigen sangat penting untuk mendukung kehidupan makhluk hidup dan memungkinkan terjadinya pembakaran bahan egat. Nitrogen merupakan penyubur tanaman. Bakteri menggunakan nitrogen dari udara untuk menyuburkan tanah. Udara juga melindungi bumi dari radiasi berbahaya yang berasal dari ruang angkasa.

Pencemaran udara merupakan salah satu bencana hebat yang ada saat ini. Salah satu penyebab utamanya adalah emisi kendaraan bermotor dan industri. Bahkan di Indonesia sekitar 70% penyebab utama pencemaran udara adalah emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak egative, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan.

1

Pencemaran lingkungan adalah masuknya zat atau komponen lain kedalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

Untuk mengetahui kelayakkan IPAL PLTD Leung Bata, maka kami mengadakan penelitian pada tanggal 19 Juli 2009 di Krueng Aceh. Kondisi daerah pengambilan sample tersebut tergolong sepi dari permukiman warga dan jauh dari perkotaan.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka kami mengadakan penelitian pada PLTD untuk mengetahui kualitas udara, kualitas air, debit sesaat dan sendimen, dan transportasi pada kawasan sekitar PLTD Lueng Bata tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air, kualitas udara, debit sesaat dan sendimen, dan transportasi di kawasan PLTD Lueng Bata Banda Aceh guna mengetahui emisi gas.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Lokasi

Lokasi pengambilan sample dalam penelitian sangat berpengaruh dalam hasil penelitian. Penelitian yang kami lakukan mengambil beberapa sample dari PLTD Lueng Bata sebanyak empat titik. Titik pertama merupakan titik pencampuran iar limbah dari Outlet IPAL dengan air sungai krueng Aceh. Titik dua merupakan lokasi 500 meter dari titik pencampuran air limbah dengan air sungai Krueng Aceh ke hilir. Titik tiga merupakan lokasi 500 meter dari titik pencampuran air limbah dengan air sungai Krueng Aceh ke arah hulu. Titik empat merupakan Outlet IPAL.

Pada saat pengambilan sample kami melakukan pengukuran koordinat dengan menggunakan alat GPS, dengan alat itu kami dapat mengetahui titik koordinat pengambilan sampel. Pada lokasi penelitian pengambilan sample tersebut banyak di tumbuhi pepohonan cemara dan tumbuhan tebu, rumput atau lebih di kenal dengan rumput gajah. PLTD tersebut letaknya bersebelahan dengan sungai Krueng Aceh, tepatnya membelakangi sungai Krueng Aceh. Kawasan tersebut merupakan kawasan yang minim penduduknya dan juga sangat jarang di lalui oleh kendaraan bermotor dikarenakan kawasan PLTD Leung Bata tersebut jauh dari daerah permukiman dan juga perkotaan.

3

2.2 Kualitas Udara

Udara merupakan salah satu unsure alam yang tidak bisa dilihat dengan indra penglihatan kita (mata). Di sekitar bumi kita ada 5.8 miliar ton udara. Udara sangat penting bagi makhluk hidup, jika di bumi ini tidak ada udara maka tidak akan ada yang namanya makluk hidup. Tanpa udara suhu akan mengalami fluktuasi antara 110 °C pada siang hari dan –185 °C pada malam hari. Udaralah yang mengatur lingkungan kita dan sifat-sifat dunia seperti yang kita miliki sekarang ini. Bermacam-macam gas terdapat dalam udara kita ini seperti Nitrogen, Oksigen, Argen, Karbondioksida, Helion, Neon, Xenon, Kripton, Metana, karbon monoksida, amoniak, nitrat oksida, hydrogen sulfide. Di dalam komposisi ini gas nitrogenlah yang paling banyak terdapat dalam udara.

Pencemaran udara adalah jika udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh buruk terhadap organisme hidup. Pencemar udara dapat digolongkan kedalam tiga kategori. Yang pertama adalah pergesekan permukaan, yang kedua ialah penguapan dan yang ketiga adalah pembakaran.

Pergesekan permukaan adalah penyebab utama pencemaran partikel padat diudara dan ukurannya dapat bermacam-macam, seperti: penggergajian, pengeboran, dan pengasahan barang seperti kayu, minyak, aspal dan baja memberikan banyak partikel ke udara. Penguapan merupakan perubahan fase cair menjadi gas. Polusi udara banyak disebabkan zat-zat yang mudah menguap, seperti pelarut cair dan perekat. Pembakaran merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat dan membebaskan energi, cahaya atau panas. Pada pembakaran banyak digunakan oksigen. Bahan bakar yang umum digunakan ialah kayu, batubara, kokas minyak. Semuanya itu mengandung karbon dan pada pembakaran dihasilkan senyawa karbon dioksida dan air.

4

2.3 Kualitas Air

Air adalah material yang paling berlimpah di bumi ini, menutupi sekitar 71 persen dari muka bumi ini. Kehidupan hampir seluruhnya air, 50 sampai 97 persen dari seluruh berat tanaman dan hewan hidup dan sekitar 70 persen dari berat tubuh kita. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan, demikian pula manusia tidak dapat hidup tanpa air. Kita bisa hidup sebulan tanpa makanan, tapi hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa air. Air. seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi pertanian, industri, dan hampir semua kehidupan.

Dengan bertambahnya kebutuhan air untuk kegiatan manusia dan juga peningkatan jumlah penduduk sampai 212.000 orang per-hari (1985), kelangkaan air merupakan hal yang ada dihadapan kita. Disamping kebutuhan air untuk kehidupan hayati secara langsung, air juga diperlukan untuk produksi ikan dalam kolam atau waduk dan industri juga memerlukan air yaitu dalam proses produksi pendinginan mesin dan untuk mengangkut limbah.

Kualitas air ditentukan oleh banyaknya faktor, yaitu zat terlarut, zat tersuspensi, dan makhluk hidup khususnya jasad renik didalam air. Zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, maka air tersebut dinamakan air tercemar.

5

Beberapa parameter kualitas lingkungan dalam air yaitu :

- Keasaman (pH)

pH adalah pengukuran derajat keasaman dan kebasaan, jika nilai pH tinggi lebih 8,5 berarti air tersebut bersifat basa, dan jika air tersebut mempunyai pH kurang dari 7 maka air tersebut bersifat asam. pH dapat diukur dengan alat yang bernama pH meter. Kebasaan adalah suatu kapasitas air untuk menetralkan asam, contohnya: NaOH, Ca(OH)2. Keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan basa, contohnya: asam karbonat, asam asetat, dan asam organik lainnya.

- DO/ Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)

DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.

- Suhu Air

Suhu air berbeda-beda dikarenakan oleh kondisi udara sekitarnya. Jika Suhu air tinggi ataupun sangat rendah, maka akan mempengaruhi kehidupan biologis kelarutan oksigen, kerapatan air, daya viskositas dan tekanan pemukaaan. Suhu air dapat diukur menggunakan thermometer skala Celcius atau Fahrenheit.

- Warna

Air bersih tidak berwarna, sehingga tampak bening/jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Warna air dapat berubah jika ada benda terlarut seperti sisa bahan organik dari daun dan buangan industri.

6

- Salinitas

Salinitas dapat di ukur dengan menggunakan alat tertentu yaitu dengan menggunakan alat salinity/saliniter.

2.4 Debit Sesaat dan Sendimentasi

Debit air yang diperoleh dari kecepatan aliran dalam suatu luas penampang drainase. Dengan adanya luas penampang dan kecepatan aliran maka debit pengeluaran air perharinya dapat diketahui.

Sendimen berasal dari TSS (Total Suspended Solid), TSS adalah jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0.45 mikron. Padatan terlarut total mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam air. Penentuan padatan terlarut total dapat menentukan kualitas air, contohnya dengan cara menguapkan air dengan volume tertentu yang telah disaring untuk memisahkan padatan yang tersuspensi sehingga kering. Sisa padatan ditimbang kemudian digunakan untuk menentukan padatan terlarut total (TSS).

2.5 Transportasi

Transportasi merupakan kebutuhan bagi berkembangnya suatu pembangunan. Tetapi dengan berkembangnya zaman maka transportasi sangat banyak kita jumapai di jalan-jalan protokol maupun pedesaan. Hasil dari pembakaran kendaraan bermotor ini menghasilkan gas karbon. Proses pembakaran ini bisa terjadi dengan sempurna dan pembakaran tidak sempurna. Jika kendaraan bermotor sangat banyak beroperasi di dunia ini, maka gas karbon yang dihasilkannya akan sangat banyak yang terbuang ke udara.

7

Gas karbon ini sangat berpengaruh dan berdampak bagi lingkungan. Gas karbon ini juga salah satu dari gas-gas yang berbahaya yang dapat menyebabkan pemanasan global.

8

BAB III METODE PENELITIAN

Pratikum Lingkungan ini berlokasi di PLTD Leung Bata di jalan tanggul Kreung Aceh. Kami melakukan penelitian pada tanggal 19 Juli 2009. Penelitian tersebut berlangsung selama 6 jam yang di mulai dari pukul 08:00 WIB sampai dengan pukul 14:00 WIB.

Bahan dan peralatan penelitian untuk setiap materi pratikum berbeda-beda:

3.1 Deskripsi Lokasi

Bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk mendeskripsikan suatu lokasi yaitu memakai alat GPS. GPS ini dapat mengukur kooordinat suatu lokasi pengambilan sample. Cara kerja mempergunakan GPS sangat mudah yaitu dengan mengaktifkan alat GPS lalu mencari menu untuk pengambilan titik koordinat lokasi sambil berdiri di titik lokasi yang ingin diketahui koordinatnya. Setelah mendapatkan hasil koordinat N dan E -nya maka hasil tersebut di catat ke dalam table data.

3.2 Kualitas Udara

Dalam materi pratikum kualitas udara, kami mengukur kebisingan dengan menggunakan alat sensor kebisingan. Kami juga mengukur kelembaban dengan cara mencari selisih antara temperatur udara dan temperatur air. Untuk mengetahui kelembaban lokasi yang diukur, maka kami menggunakan table kelembaban dan melakukan perbandingan antara bola . Temperatur air dan udara didapat dengan pengukuran menggunakan alat yang bernama Thermometer.

9

Dalam penelitian ini kami mengukur kecepatan angin pada titik pengambilan sample. Alat untuk mengukur kecepatan angin ini adalah Anemometer. Mengukur kecepatan angin dapat juga dengan menggunakan strain gauge (pengukur regangan) pada rangkai tembaga dari anemometer. Tapi pada penelitian ini kami hanya menggunakan alat anemometer.

3.3 Kualitas Air

Dalam pengukuran parameter air kami hanya meneliti tentang pH, salitinas, suhu dan warna. Bahan-bahan dan peralatan dalam melakukan penelitian ini yaitu menggunakan sample air yang akan diteliti. Untuk mengetahui nilai pH kita dapat mempergunakan alat yaitu pH-meter.

Salinitas dapat kita ukur dengan mempergunakan alat salinity/saliniter. Suhu air sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup dalam badan air. Temperature air dapat kita ketahui dengan menggunakan thermometer derajat °C dan °F.

3.4 Debit Sesaat dan Sedimen

Materi pratikum debit sesaat dan sediment ini mempelajari tentang pengukuran laju alir dan pengukuran sediment. Kadar sendimen diperoleh dari pengukuran sediment terlarut dalam drainase (suspended solid). Selanjutnya debit sediment dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara konsentrasi sediment dengan debit air.

10

3.5 Transportasi

Pada penelitian transportasi kendaraan bermotor, kendaraan yang dianalisa bermacam-macam jenisnya, yaitu roda dua, mobil dan truk. Penghitungan jumlah kendaraan diambil lokasi depan pertamina kearah lambaro. Perhitungan menggunakan alat pencatat jumlah kendaraan. Alat pencatat kendaraan tersebut dibagi menjadi tiga. Alat yang pertama untuk mengukur banyaknya truk yang melewati jalan itu, alat yang kedua yaitu untuk mencatat banyaknya mobil yang melintasi jalan itu, dan alat yang ketiga untuk mengukur banyaknya jumlahroda 2 yang melewati jalan tersebut.

11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sample terdiri dari empat titik masing-masing titik tersebut dilakukan pengukuran titik koordinatnya. Untuk pengukuran transportasi, terdiri dari tiga titik. Hasil pengukuran ini kami sajikan dalam bentuk data tabel.

4.2 Pengukuran Kualitas Air

Dengan pengambilan sample air di empat lokasi berbeda maka kami akan mengukur tiap-tiap sample tersebut untuk mencari pH, DO, Suhu Air, Salinitas dan Warna. Untuk mengukur ke-lima parameter ini kami mempergunakan alat bantu yang bernama PH-Meter, DO-Meter dan Salintest,. Hasil pengukuran kualitas air ini dapat dilihat dalam table 4.2

12

Table 4.2

Data Kualitas Air

No.

Parameter

Unit

Lokasi Sampling

Baku Mutu Gol II

Kep-51/MENLH/10/1995

1

2

3

4

1.

Keasaman (PH)

-

6,8

3,7

6,7

7,8

6-9

2.

DO

mg/L

3,52

4,15

5,61

0,97

4 (min)

3.

Suhu Air

oC

32,3

31,8

33,4

31,4

dev 3

4.

Salinitas

o/oo

1

1

1

1

5.

Warna

-

Bening

Bening

Bening

Keruh

Tidak Berwarna

Lokasi Pengambilan sample:

1. Titik pencampuran antara air limbah dari Outlet dengan air sungai Krueng Aceh.

Titik ordinat (N= 05o 32,290 E= 095o 20,540).

2. Lokasi 500 m dari titik pencampuran air limbah dengan air sungai Krueng Aceh kearah hilir.

Titik ordinat (N= 05o 32,297 E= 095o 20,544)

3. Lokasi 500 m dari titik pencampuran air limbah dengan air sungai Krueng Aceh kearah hulu.

Titik ordinat (N= 305o 32,284 E= 095o 20,544)

4. Outlet IPAL

Titik ordinat (N= 05o 32,287 E=095o 20,531)

13

Ø Keasaman (pH) air sungai Krueng Aceh masih dalam baku mutu (6-9) yaitu berkisar antar 3 sampai 8 pada titik satu, dua, tiga dan empat . Dengan demikian membuktikan bahwasanya kegiatan PLTD Lueng Bata tidak mempengaruhi pH sungai Krueng Aceh dari limbahnya.

Ø Dissolved Oksigen (DO) pada titik empat berada dibawah baku mutu (minimal 4) dan juga pada titik pertama, tetapi telah memenuhi baku mutu pada titik dua dan tiga. Titik dua merupakan air yang tidak langsung terkontaminasi dengan air limbah dari IPAL sehingga DO masih merupakan DO standart. Ketersediaan DO pada titik tiga juga tidak terganggu dengan buangan limbah yang telah melewati proses IPAL.

Ø Warna juga tidak berubah pada air sungai Krueng Aceh.

4.3 Pengukuran Debit Air Limbah

Kadar sidemen diperoleh dari pengukuran sodimen terlarut dalam air limbah (suspended sidement). Selanjutnya debit sidemen dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara konsentrasi sedimen dengan debit air seperti yang disajikan pada rumus berikut.

Qs = 0,0864•Cs•Q

Dimana :

Qs = debit sedimen (ton/hari)

Cs = kadar sedimen (mg/L)

Q = debit air (m­3)/det)

14

Lokasi Samping (N = 05o32,28) ; E = 095o 20,526

Unit

Volume

(mL)

Waktu

(detik)

Waktu Air limbah

(L/det)

Sedimen (Cs)

Mg/L

Debit Sedimen

(mg/det)

1

250

1,84

0,1358

68

9,23

2

250

1,92

0,1302

68

8,85

3

250

1,87

0,1336

68

9,08

4

250

2,01

0,1243

68

8,45

Ø Perolehan data waktu Air Limbah dapat dipengaruhi dari ketelitian pada saat perhitungan pengambilan sampel.

Ø Debit sedimen yang dihasilkan relatif tinggi diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut yang tinggi/banyak.

4.4 Pengukuran Debit Sesaat Air Drainase

Lokasi Samping (N = 05o32,311 ; E= 095o 20,641)

Kecepatan

Air, V (m/det)

Luas Penampung

Basah, A (m2)

Debit, Q

(m3/det)

Sedimen (Cs)

mg/L

Debit Sedimen

(mg/det)

0,1

1

0.1

24

0,0024

Ø Debit Sesaat Air Drainase lebih rendah dibandingkan debit air limbah dikarenakan kandungan padatan terlarut (TSS) lebih kecil terkandung dalam air drainase.

15

4.5 Pengukuran Kebisingan

Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan in-situ dengan mengunakan instrumen sound level meter pada siang hari (Ls) dan pada malam hari (Lm). Pengukuran dilakukan dengan pengulangan disetiap 10 menit. Setiap lokasi pengukuran dilakukan hingga 5 kali, selanjutnya untuk mengetahui tingkat kebisingan rata-rata (Lsm) digunakan rumus seperti berikut ini.

Lsm = 10 log 1/24 (16 x 10 0,1 Ls + 8x 10 0,1 (Lm + 5) ) dB(A)

Lokasi Samping (N = 05o 32,297 ; E = 095o 20,531 )

No

Kebisingan Siang (dBA)

Kebisingan Malam (dBA)

Lsm

1.

80,1

88,1

-75,69 x (2x10-1,29)

2.

56,3

619,3

-101,34 x (2x10-1,29)

3.

50,2

552,2

- 180,72 x (2x10-1,29)

4.

50,2

552,2

- 180,72 x (2x10-1,29)

5.

50,2

552,2

- 180,72 x (2x10-1,29)

Ø Tingkat kebisingan meningkat pada malam hari.

16

4.6 Pengukuran Suhu Bola Basah dan Humidifikasi

Temperatur Bola Basah = Rata-rata Shu Air

4

Lokasi Sampling (N= 05o 32,289 ; E= 095o 20,534 )

Temperatur Bola Basah (oC)

Temperatur Bola Kering (oC)

Humidity

32,2

24,6

-

4.7 Perhitungan Kualitas Udara

Lokasi Sampling (N= 05o 32,289 ;E= 095o 20,534)

Kecepatan angin = 1,25 m/detik

  1. Dispersi dihitung pada ketinggian H = 1,25 m/det

Konsentrasi pulutan yang diterima oleh penerima (receptor) pada saat kontruksi dari peralatan kontruksi dapat diprediksi dan dihitung dengan persamaan Gaussian berikut ini dengan asumsi bahwa sumber dampak bergerak dan berada sejajar diatas tanah.

17

Data emisi udara

No.

Parameter

Metode Uji

Satuan

Hasil Uji Emisi

Satria R

BL 5059 KU

Tahun 2004

1.

CO

Madur GA 21 Plus

mg/Nm3

18549

2.

NO

Madur GA 21 Plus

mg/Nm3

75

3.

NOx

Madur GA 21 Plus

mg/Nm3

78

4.

SO2

Madur GA 21 Plus

mg/Nm3

756

5.

NO2

Madur GA 21 Plus

mg/Nm3

3

6.

Opasitas

Visual

%

211

Ø Co yang berasal dari kendaraan Satria R BL 5059 KU Tahun 2004 mempunyai nilai CO yang tinggi, hal tersebut membuktikan bahwasanya kendaraan tersebut mengalami pembakaran yang tidak sempurna.

4.8 Pengukuran Transportasi

Kondisi arus transportasi diukur dengan melihat frekuensi kendaraan yang lewat pada lokasi sampling

Lokasi Sampling depan Pertamina kearah Lambaro

(N = 05o 32,089 ; E: 095o 20,576)

18

Pukul

Roda 2

Mobil

Truck

12.00 – 13.00

575

410

37

13.00 – 14.00

750

487

22

Gambar diatas merupakan hasil perhitungan jumlah kendaraan yang berlokasi didepan Pertamina kearah Lambaro.

Sumber: Hasil perhitungan Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, 19 Juli 2009

Ø Jumlah transportasi roda 2 lebih tinggi pada pukul 13:00 – 14:00 dibandingkan dengan pukul 12:00 – 13:00, hal tersebut dipengaruhi pleh aktifitas masyarakat yang kembali melakukan aktifitas setalah jam istirahat. Demikian juga dengan jumlah mobil.

Ø Perbandingan terbalik terjadi pada Truck yaitu laju atau jumlah truck tinggi pada pukul 12:00 – 13:00 dibandingkan pukul 13:00 – 14:00.

19

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan pada PLTD Lueng Bata, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

· IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi kegiatan PLTD, dikarena dengan adanya IPAl, air limbah yang terbuang ke sungai tidak mencemari ai sungai.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian berupa analisa-analisa yang dilakukan terhadap variabel air dan udara sekitar kegiatan PLTD Lueng Bata, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

· Pembuangan air limbah ke sungai Krueng Aceh haruslah sudah melewati proses IPAL guna menjaga kualitas air sungai Krueng Aceh dari pencemaran.

· Untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan air limbah, maka pihak PLTD harus melakukan pengecekan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

20

DAFTAR PUSTAKA

http://airtdsnol.blogspot.com/2008/12/air-adalah-keutuhan-pokok-umat-manusia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air

http://www.e-smartschool.com/PNU/002/PNU0020005.asp

http://www.beritajogja.com/kolom/2009-05/penghijauan-di-areal-sutet-kurangi-polusi-udara

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=dissolved+oxygen&meta=&aq=0s&oq=Disolve+

Tresna Satrawijaya,A.1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta. Renika Cipta.

Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta. Rajawali.

Sugiarto. 2005. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta. Universitas Indonesia

21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Gambar Instalasi Pengolahan Air Limbah

Lampiran 2: Gampar alat pengukur emisi gas

Lampiran 3: Anenometer

22